Kamis, 15 Oktober 2009

next chapter of ZAMRUD

hehehe...
ni cerita Zamrud berikutnya kawan2 yg membaca blog gw ini dengan sukarela dan penasaran,hehehehe...
enjoy it!!



Bagian 2
Zamrud Townhouse


‘sya.............bangun!!!’ teriak ayah Tasya sembari mengetuk pintu kamar Tasya. ‘iya pa, aku udah bangun koq!!!’ jawab Tasya sambil memasukan baju terakhir dari lemarinya dan dijejalkan ke dalam kopornya. ‘ya sudah, ayo kita makan dulu.’ Kata ayah Tasya. Mereka bertiga berkumpul di meja makan untuk menyantap nasi goreng buatan Novi. ‘sya barang-barang kamu sudah siap semua??’ tanya Novi. ‘sudah koq Nov, tinggal diangkut aja.’ Jawab Tasya. ‘Sya....Novi itu mama kamu, jangan cuma panggil nama aja, ga sopan.’ Kata ayah Tasya. Tasya hanya diam saja sembari menyendok nasi selanjutnya ke dalam mulutnya. ‘sudah lah mas, ga apa-apa, aku juga ga merasa tersinggung koq.’ Kata Novi. ‘Ting.....tong’ bunyi bel apartemen berbunyi. Ayah Tasya segera saja menuju pintu dan membukanya. ‘Selamat pagi dengan bapak Andi???’ tanya seorang laki-laki dengan seragam berwarna biru langit dengan tulisan kecil di sebelah kanan atas sakunya, ‘Gas_ik fastest Delivery’. ‘Iya.........oh dari jasa pemindahan ya??’ tanya ayah Tasya. ‘Benar pak dan kami datang tepat waktu dan segera mengemas seluruh barang bapak yang selanjutnya akan kami antarkan tepat waktu’ kata laki-laki tersebut. ‘Ok silahkan mas bisa memulai memindahkan barang-barang kami’ kata ayah Tasya.
Pagi itu merupakan pagi hari yang baru buat keluarga pak Andi yang akan pindah ke sebuah townhouse di kawasan Jakarta Selatan. Pak Andi merupakan seorang eksektif muda yang dermawan serta cinta keluarga. Namun semenjak istri pertamanya meninggal dia menjadi orang yang sangat-sangat gila kerja dan sempat lupa dengan Tasya yang selalu sendirian di rumah yang terkadang di temani oleh neneknya yang setahun lalu meninggal. Setelah bertemu Novi di sebuah acara penggalangan dana untuk anak-anak korban bencana alam di Indonesia, Andi jatuh cinta pada Novi, bukan hanya parasnya yang cantik tapi sikapnya pun cantik serta keibuan. Setelah 6 bulan berpacaran, Andi memutuskan untuk menikah dengan Novi dengan harapan Tasya tidak akan kesepian dan Tasya akan mendapatkan sosok seorang ibu yang bisa mejadi panutan untuknya.
‘ok semua sudah siap??’ tanya ayah Tasya. ‘ya!!’ jawab Tasya dan Novi serentak. Mobil sedan Jepang berwarna hitam tersebut melaju meninggalkan apartemen yang telah dihuni selama 3 tahun dan menuju ke sebuah hunian baru yang aman dan tenteram. Sepanjang perjalanan Tasya hanya diam saja dengan headphone di kepalanya yang terhubung dengan pemutar musik yang tergeletak di jok mobil tersebut. Novi dan Andi sibuk membicarakan soal acara kampanye perlindungan anak dari kekerasan yang akan diselenggarakan oleh LSM tempat Novi bekerja. Novi merupakan tipe wanita yang sangat diidamkan oleh semua pria yang ada. Paras yang manis dan keibuan, rambut panjangnya yang berwarna hitam serta tutur kata dan perilakunya yang sangat wanita sekali. Novi melihat sosok seorang ayah pada diri Andi dan sosok seorang suami yang pengertian dan penyayang. Hal itu yang tidak didapatkan Novi semenjak ia berumur 5 tahun. Ayahnya yang seorang pilot sebuah maskapai penerbangan, mengalami kecelakaan pada saat ia berumur 5 tahun dan ayahnya pun meninggal dalam kecelakaan tersebut. Setelah kejadian itu Novi tinggal bersama ibunya yang bekerja sebagai teller di sebuah bank dan akhirnya membuka usaha rumah makan kecil-kecilan setelah suami yang juga ayah Novi meninggal dalam kecelakaan pesawat.
Jam menunjukkan pukul 11.00 WIB. Mobil sedan tersebut terparkir di halaman rumah yang cukup besar dan 2 truk jasa pengangkutan terparkir di depan rumah tersebut. ‘Ya, selamat datang pak Andi dan keluarga di Zamrud TownHouse ini.’ Kata seorang bapak yang sudah agak tua dengan mengenakan setelan jas berwarna abu-abu, tinggi besar, berkacamata. ‘Terima kasih pak sudah menyambut kami sekeluarga’ kata pak Andi. ‘kami selaku pihak developer juga mengucapkan terima kasih juga atas kepercayaanya terhadap kami, kami akan memberikan pelayanan sebaik-baiknya untuk anda sekeluarga’ kata seorang bapak yang memakai setelan jas abu-abu itu. Rumah tersebut memang rumah dambaan orang-orang yang menginginkan ketenangan setelah lelah bekerja seharian di kantor. Iklan di TV yang kemarin malam dilihat oleh Tasya sama sekali tidak bohong, hanya lingkungannya saja yang sangat-sangat tenang, seakan tidak ada satu pun manusia yang menghuni rumah-rumah yang ada di komplek tersebut. Komplek townhouse ini memang agak terpencil karena akses menuju jalan utama sekitar seratus meter dan keunggulan dari townhouse ini adalah kenyamanannya yang bisa dilihat dari hijaunya rumput di halaman tiap rumah dan rindangnya pohon-pohon yang sengaja di tanam di depan setiap rumah untuk mencegah panasnya udara Jakarta. Tasya lalu berjalan keluar rumah dan berdiri di teras rumah barunya yang tidak berpagar karena model hunian ini mengadopsi hunian Amerika dan Eropa. Lalu pandangan Tasya tertuju pada rumah yang berada persis di depan rumahnya. Dia melihat ada seseorang yang memperhatikan dia dari balik jendela di lantai 2 rumah tersebut. Setelah diperhatikan memang ada seseorang yang duduk di depan jendela tersebut dan melihat ke arah Tasya. Seorang anak perempuan dengan rambut panjang berwarna hitam pekat melihat ke arah Tasya sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Tasya lalu membalas dengan tersenyum kepadanya dan melambaikan tangan ke arahnya. Tak lama kemudian anak perempuan tersebut menutup tirai jendela itu dan hilang dari pandangan Tasya. Tasya lalu berjalan masuk kembali ke dalam rumah, sebelum sempat memegang gagang pintu masuknya Tasya dikejutkan dengan suara seorang pria yang tiba-tiba muncul dibelakangangnya. ‘Selamat pagi non!!!’ kata laki-laki tersebut dengan suaranya yang berat. ‘O.....o....h....pagi pak!!’ jawab Tasya terbata-bata. ‘A....a.....da apa ya....p....ak??’ kata Tasya lagi. ‘Tidak saya hanya lewat saja dan ingin tahu siapa penghuni barunya’ jawab laki-laki yang berperawakan besar dan sangar itu. Sebelum sempat Tasya berbicara lagi, laki-laki tersebut berbalik dan berjalan meninggalkan Tasya. Tasya lalu bergegas masuk ke dalam rumah. ‘Tasya kemari nak!!!’ kata ayah Tasya. ‘Pak Bram, ini anak saya Tasya.’ Kata ayah Tasya sambil memperkenalkan Tasya kepada Pak Bram. ‘anak yang manis, sama seperti ibunya.’kata pak Bram. ‘maaf om dia bukan ibu saya!!!’ kata Tasya ketus sambil berjalan meninggalkan ayah dan pak Bram menuju dapur. ‘Maafkan kelakuan anak saya pak!!’ kata ayah Tasya. ‘Tidak apa-apa, namanya juga anak-anak.’ Kata pak Bram lembut. ‘Mungkin bapak mau minum dulu??’ tanya Novi. ‘oh tidak, terima kasih!!’ kata pak Bram. ‘saya masih ada urusan lain lagi, kalau mau bertemu saya langsung saja ke rumah saya tepat di samping komplek ini,ok’ kata pak Bram. ‘Baik pak!!’ kata ayah Tasya. Pak Bram kemudian pamit kepada ayah Tasya dan Novi untuk pergi. Setelah itu keluarga Pak Andi langsung membereskan barang-barang mereka di rumah barunya itu.
Langit di luar rumah berubah warna kemerahan yang menandakan sore menjelang malam. Sore itu Tasya duduk-duduk di depan rumah dan para tetangga tidak ada yang datang untuk sekedar berkenalan dengan tetangga baru mereka. Tasya agak penasaran sore itu setelah berbincang dengan pak Bram sebelum pergi tadi, ternyata di komplek itu tinggal artis idolanya tapi belum dilihatnya semenjak dia datang pagi tadi. ‘Sore dik!!!’ kata seorang wanita muda, berambut panjang digerai dan mengenakan kacamata. Tampilan wanita ini sungguh-sungguh wanita karier sekali, hanya saja salah satu jarinya tampak seperti bukan jari asli. ‘Sore tante.’ Jawab Tasya. ‘Halo nama saya Sandra.’ Kata wanita itu. ‘Tasya....., senang berkenalan dengan tante.’ Kata Tasya. ‘Saya tinggal di rumah nomor 2’ kata wanita tersebut. ‘Kalau adik mau main silahkan saja ya.’ Kata Sandra. ‘Iya tante, terima kasih.’ Kata Tasya. ‘Ayah dan ibumu ada??’ tanya Sandra dengan logat Jawa yang khas. ‘Oh sebentar tante saya panggilkan dulu.’ Kata Tasya agak gugup. Tasya lalu berjalan masuk dan memanggil ayahnya serta Novi. ‘Selamat sore pak, bu!!’ kata Sandra. ‘Oh selamat sore juga’ kata pak Andi. ‘Saya Sandra yang tinggal di rumah no 2.’ Kata Sandra. ‘Oh saya Andi dan ini istri saya Novi dan itu anak saya Tasya’ kata pak Andi sambil memperkenalkan Novi dan Tasya. ‘mau masuk dulu San??’ tanya Novi. ‘Oh terima kasih, saya masih ada pekerjaan di rumah.’ Kata Sandra. ‘Baiklah kalau begitu, lain kali mampir ya.’ Kata Novi. ‘Uhm......dik jangan panggil saya tante, panggil saja mba, saya belum tua – tua banget koq.’ Kata Sandra kepada Tasya sambil tersenyum. ‘I.....i...ya mba...maaf.’ jawab Tasya gugup. Lalu Sandra pergi meninggalkan Tasya dan Ayah serta Novi. Sepanjang sore itu hanya satu orang tetangga yang datang ke rumah Tasya. Tasya tidak berpikir aneh karena menurut dia wajar saja lingkungan tempat dia tinggal tampak sepi, karena memang yang tinggal di tempat ini mungkin adalah orang-orang yang super sibuk dan hanya sempat untuk memikirkan dirinya sendiri. Tasya hanya masih heran dengan anak perempuan yang dilihatnya pagi hari tadi. Tasya penasaran ingin mengunjungi rumah yang tepat berada di depan rumahnya. Dia berjalan perlahan dan tanpa disadari ternyata Tasya sudah berada di depan pintu rumah bernomor 5 itu. Knock.................knock.....................Tasya mengetuk pintu rumah itu berulang-ulang dan tampaknya tidak ada orang di dalam rumah itu. Tasya lalu berbalik meninggalkan rumah itu, baru beberapa langkah Tasya berjalan, pintu rumah itu terbuka. Tasya lalu berbalik menuju pintu rumah itu. ‘Halo??’ tanya Tasya kepada seseorang yang mungkin ada di dalam rumah itu. Langkah Tasya semakin mendekati pintu rumah itu dan ia berancang-ancang untuk memegang gagang pintu rumah itu untuk membukanya lebih lebar lagi. ‘Sya..........kamu dimana??’ suara Novi mengagetkan Tasya. Tasya tidak sempat untuk masuk ke dalam rumah itu, dia lalu berlari kembali ke rumahnya.
Malam menjelang dan suasana komplek townhouse itu makin mencekam saja karena tidak tampak seorang pun yang berjalan-jalan, hanya ada beberapa mobil penghuni rumah nomor 3 dan 4 baru datang beberapa menit yang lalu. Lampu-lampu di rumah-rumah yang lain menyala yang menandakan bahwa ada penghuninya, namun tetap saja sepi. Suara motor berhenti di depan rumah bernomor 10. ‘Permisi!!!’ kata Rendy. Tak lama kemudian Tasya membuka pintu dan mempersilahkan Rendy untuk masuk. ‘Sya......koq sepi-sepi aja ya komplek ini??’ tanya Rendy. ‘Ga taw ren........aneh juga sih!!’ kata Tasya. ‘Seharian ini gw cuma ketemu 2 penghuni rumah di komplek ini, satu didepan trus yang satu di rumah no 2’ kata Tasya. Tasya lalu bergegas menuju jendela depan dan menyibak tirainya. Rumah bernomor 5 itu sekarang tampak ada penghuninya. Lampu-lampu di rumah itu menyala. Tasya lalu kembali ke tempat duduknya. ‘Kenapa sya??’ tanya Rendy. ‘Ga koq, Cuma heran!!’ kata Tasya. ‘Heran kenapa??’ lanjut Rendy. ‘Rumah di depan itu dari pagi kelihatan tidak ada orangnya tapi sekarang ada, tadi pagi gw cuma lihat ada anak kecil disitu.’ Kata Tasya. ‘Halah mungkin perasaan lo aja kali sya!!’ kata Rendy. ‘Halo......Bon lo dimana??’ tanya Rendy pada Bona yang menelpon Rendy. ‘Tunggu dulu ya gw mau beli majalah dulu!!’ kata Bona. Namun di luar dugaan Rendy harus pulang lebih dulu tanpa menunggu Bona karena ayahnya mendadak sakit lagi dan harus dibawa ke rumah sakit. Rendy, Bona dan Maya hari itu punya rencana untuk berkunjung ke rumah baru Tasya. Sayangnya Maya tidak bisa datang karena kakinya keseleo setelah latihan basket tadi sore. Setelah Rendy pulang, Tasya lalu menunggu Bona datang.
‘Waduh koq sudah ditutup gerbangnya??’ kata Bona. Bona lalu mendekati pos satpam dekat pintu gerbang komplek rumah Tasya. Waktu masih menunjukkan pukul 21.00 WIB, tapi suasana disana tampak mencekam sekali. Daerah yang terpencil dengan pohon-pohon rimbun disekitarnya serta ada rumah besar disebelah komplek townhouse tersebut namun terlihat tidak berpenghuni karena di pagarnya yang besar ditutupi oleh tanaman merambat yang menjalar di sepanjang pagar rumah itu. Bona heran karena di pos satpam tersebut dia tidak bertemu dengan satpam yang menjaga komplek tersebut. Bona lalu memutuskan untuk pulang dan mencoba untuk menghubungi Tasya. Buuuuuuuak........................sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepala Bona dan Bona lalu jatuh tersungkur di tanah dengan kepala besimbah darah dari kepalanya yang terluka berat terkena pukulan tadi. Tubuh Bona lalu diseret menjauh dari pos satpam tersebut dan handphone yang dipegang Bona terhubung dengan Tasya. ‘Halo.........Bon lo dimana??’ tanya Tasya. Tak lama kemudian telepon terputus. Tasya heran dan mencoba untuk menelpon Bona namun selalu terhubung dengan mailbox. Dering sms handphone Tasya berbunyi dan sms itu berasal dari Bona. ‘Sya maaf tadi hp gw lowbat and mati, gw langsung pulang aja udah malem, see ya 2morrow’ sms dari Bona berbunyi demikian. ‘Ya udah Bon kita ketemu di sekolah aja besok, gw kira da apa2!!’ tulis Tasya. ‘Message delivered’.

0 komentar:

Posting Komentar